Pilih Pacar atau Ibu?
“Dirga, kamu ke stasiun sekarang, ya?
Jemput mama, mama udah keujanan nih!”
“Yah, mama naik taxi aja, ya? Dirga
belum selesai kuliah nih”
*Kemudian Dirga menekan tombol start
dan melanjutkan PES 2013 nya*
“Sayang, kamu jemput aku sekarang,
ya?”
“Iya, tapi abis ujan, ya?”
“Nggak! Gak mau tau. Kalo nggak kita
putus!”
“Ta… tapi….” *tut..tut..tut*
*Langsung otw*
Penggalan dialog di atas
adalah gambaran kecil bagaimana kita seringkali (terutama yang non jomblo)
lebih mengutamakan panggilan pacar daripada panggilan ibu. Padahal, sejak kecil
kita sudah diajarkan tentang pentingnya sebuah panggilan ibu. Apa yang
seharusnya menjadi landasan pemikiran untuk lebih mengutamakan panggilan ibu
dibanding panggilan pacar? Nah, artikel ini akan membahas masalah ini secara
lugas, dalam, dan tajam. Setajam twit-twit nyelekit dari mantan!.
1. Kalo putus dari pacar,
bisa cari yang lain. Kalo Ibu?
Jika putus dari pacar
(biasanya karena alasan-alasan yang mainstream), setidaknya kita masih bisa mencari
untuk mendapatkan orang (yang nantinya akan dijadikan pacar) yang mungkin akan
lebih baik dari yang sebelumnya. Sedangkan jika ibu kandung kita menyuruh kita
untuk mencari ibu baru sebagai pengganti beliau (mungkin karena sudah bosan,
karena kita sebagai anak lebih mengutamakan panggilan pacar daripada panggilan
beliau), apa yang akan terjadi? Yakin ibu baru itu akan lebih baik dari ibu
kandung kita? Bahkan pepatah dari negeri seberang pernah mengatakan,
“Sebaik-baiknya ibu tiri, tentu tidak akan sebaik ibu kandung”.
2. Kasih sayang ibu lebih
besar dari kasih sayang pacar.
Ini adalah sebuah kalimat
yang tidak perlu disangkal lagi. Kasih sayang ibu ibarat paket unlimitied tanpa
batasan waktu. Berbeda dengan kasih sayang yang didapat dari pacar. Karena apa?
Ibu adalah orang yang sudah bersama kita sejak kita lahir, sementara pacar
adalah orang yang baru saja masuk ke dalam kehidupan kita. Kasih sayang itu
sebuah air yang mengalir ke dalam bendungan. Semakin lama kita membiarkan air
tersebut terus mengalir, semakin banyak pula air yang kita dapat dari hasi
tampungan bendungan tersebut. Kasih sayang ibu sudah ada sejak kita lahir dan
akan terus mengalir meskipun beliau sudah tiada . Ada pepatah sesat dari negeri
seberang yang mengatakan, “Kasih sayang pacar hanya sepanjang status, kasih
sayang ibu sepanjang waktu”.
3. Ibu adalah sumber pahala,
pacar?
Sejak kita sekolah, kita
sudah diajarkan tentang pentingnya berbakti kepada orang tua, khususnya ibu.
Kenapa? Jawabannya simpel, karena ibu adalah orang yang melahirkan kita, dan
dialah orang yang mencintai kita dengan tulu
s, bahkan ketika dia sudah tiada. Ibu sebagai sumber pahala? Iya, karena ibu adalah tempat di mana kita bisa mendulang pahala sebanyak mungkin. Cukup bertutur kata yang halus dan sopan, dan memberikan senyuman saat menatap beliau, itu sudah cukup untuk mendatangkan berkah. Sementara pacar? Pacar adalah pintu menuju kemaksiatan. Pacar itu seperti kerikil-kerikil kecil yang menghambat kita menuju surge (pembahasannya mulai melenceng). So, kalo gak mau punya banyak dosa, tinggalkan pacar kalian sekarang juga. #JombloSirik .
s, bahkan ketika dia sudah tiada. Ibu sebagai sumber pahala? Iya, karena ibu adalah tempat di mana kita bisa mendulang pahala sebanyak mungkin. Cukup bertutur kata yang halus dan sopan, dan memberikan senyuman saat menatap beliau, itu sudah cukup untuk mendatangkan berkah. Sementara pacar? Pacar adalah pintu menuju kemaksiatan. Pacar itu seperti kerikil-kerikil kecil yang menghambat kita menuju surge (pembahasannya mulai melenceng). So, kalo gak mau punya banyak dosa, tinggalkan pacar kalian sekarang juga. #JombloSirik .
4. Lebih membutuhkan ibu
daripada pacar
Percaya atau tidak, kita
masih memiliki ketergantungan kepada ibu.
Bukan, bukan hanya ketergantungan secara materi, tetapi ketergantungan
yang memang kita masih sangat bergantung pada ini, yaitu ketergantungan akan
kasih sayang ibu. Kasih sayang ibu adalah kebutuhan primer yang mutlak harus
dipenuhi. Sedangkan pacar adalah kebutuhan semi nggak penting, yang tanpanya
tidak akan terlalu berpengaruh terhadap hidup kita. Ada sebuah teori dari
seorang jomblo sesat yang bunyinya, “Pacaran itu seperti sebuah elemen yang
saling terikat, tidak bebas, yang mana mereka akan terus menerus terjebak di
dalam suatu siklus dan masalah yang sama”.
Intinya, semua kembali kepada pilihan
dari masing-masing individu. Setiap pilihan yang kita ambil, itulah yang harus
kita lakukan. Tapi, masih ingin menomor duakan ibu, orang yang bahkan surga
saja diibaratkan berada di bawah telapak kakinya? Think again!
Setuju banget gua zik!
BalasHapus